Rabu, 27 Juli 2016

WESEL TAGIH



WESEL TAGIH
1.      Pengertian Wesel Tagih (Promes)
Wesel tagih atau promes (promissory note) adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang atas permintaan pada suatu waktu tertentu. Pihak yang meminta agar promes atau wesel dibayarkan disebut penerima pembayaran (payee), sedangkan pihak yang membuat janji pembayaran disebut pembuat (maker).

Karakteristik Wesel (Promes)
Promes/wesel memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :
·         Tanggal jatuh tempo
Tanggal suatu promes atau wesel harus dibayarkan disebut tanggal jatuh tempo (due   date atau maturity date). Periode waktu antara tanggal penerbitan sampai dengan tanggal jatuh tempo promes atau wesel jangka pendek bisa dinyatakan dalam hari atau bulan. Jika dinyatakan dalam hari maka tanggal jatuh tempo promes atau wesel dinyatakan jumlah hari setelah tanggal penerbitan.  Demikian juga apabila dinyatakan dengan bulan.
·         Bunga
Promes atau wesel menetapkan bunga yang akan dibayarkan untuk periode antara tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo. Promes atau wesel jangka pendek, yaitu jangka waktunya kurang dari satu tahun maka bunga umumnya dibayar pada saat jatuh tempo.
Bunga = utang pokok x suku bunga x waktu
Suku bunga promes biasanya ditetapkan atas dasar tahunan, terlepas dari jangka waktu aktual yang terlibat. Jadi, bunga sebesar 8% untuk promes senilai Rp 2.000.000,00 adalah Rp 160.000,00 per tahun (8% X Rp 2.000.000,00). Jika jangka waktu promes hanya tiga bulan maka bunga yang harus dibayar pada saat jatuh tempo adalah Rp 40.000,00 (3/12 X 8% X Rp 2.000.000,00). Rumus dasar untuk menghitung bunga adalah:



Nilai jatuh tempo
Jumlah yang harus dibayarkan pada tanggal jatuh tempo disebut nilai jatuh tempo (maturity value). Nilai jatuh tempo promes atau wesel adalah jumlah pokok (nilai nominal) ditambah bunga.

2.     Akuntansi untuk Wesel Tagih
     Promes atau wesel bisa diterima dari pelanggan untuk menggantikan piutang usaha. Sebagai contoh, diterima promes tertanggal 21 November berjangka waktu 30 hari dengan bunga 12% dari PD. Bodogol, sebagai pelunasan utangnya yang telah jatuh tempo dan memiliki saldo  $ 6.000. Promes ini akan jatuh tempo pada tanggal 21 Desember. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi penerimaan  promes pada tanggal penerbitan, pelunasan beserta bunganya pada tanggal jatuh tempo adalah sebagaimana tercantum pada tabel di samping.
Jika maker promes atau wesel ternyata tidak bisa membayar utangnya pada tanggal jatuh tempo, maka promes atau wesel tersebut disebut sebagai wesel tagih yang ditolak (dishonored note receivable).  Jika hal ini terjadi maka jumlah nominal promes beserta bunganya harus ditransfer ke akun piutang usaha. Contoh, promes dari PD Bodogol, ditolak pada tanggal jatuh tempo. Ayat jurnal untuk mentransfer promes beserta bunganya
Tanggal       Uraian                                           Debit                                              Kredit

21/12   Piutang Usaha-W.A. Bunn                                                                           6.060
            Wesel Tagih                                             6.000
            Pendapatan Bunga                                      60
(untuk mencatat promes yang ditolak beserta bunganya)

bunganya akan nampak sebagai berikut:
Bunga sebesar $60 dianggap telah diterima meski promes ditolak. Jika piutang usaha tersebut diperkirakan tidak dapat ditagih maka jumlah sebesar $6.060 (promes plus bunga) akan menjadi bagian dari beban piutang tak tertagih.

3.      Pengalihan piutang Wesel
Surat wesel adalah surat berharga yang bisa dipindahtangankan, artinya bisa diperjualbelikan untuk mendapatkan uang kas. Penjualan piutang wesel sebelum tanggal jatuh temponya disebut pendiskontoan wesel, karena pemegang (penjual) wesel akan menerima hasil penjualan yang nilainya lebih kecil daripada nilai jatuh tempo wesel tersebut.
Harga jual wesel yang lebih rendah ini akan menyebabkan pendapatan bunga yang diterima pemegang (penjual) wesel akan menjadi berkurang. Hal ini wajar karena bagian pendapatan bunga yang tidak jadi diterima merupakan harga yang harus dibayar untuk penerimaan kas yang lebih cepat dari yang seharusnya (Jusup, 1999).
Contoh, PT Caraka memiliki piutang wesel kepada PT Ungu yang ditarik pada tanggal 20 Oktober 2010. Nominal wesel Rp 150.000,- bunga 10%, jangka waktu 90 hari. Ini berarti wesel akan jatuh tempo pada 18 Januari 2011.
Pada tanggal 9 Desember 2010, PT Caraka mendiskontokan wesel tersebut kepada Bank Mega dengan diskonto 12%. Tingkat diskonto ini lebih tinggi dari bungan wesel, karena bank ingin memperoleh pendapatan yang lebih besar. PT Caraka bersedia menerima tingkat diskonto ini karena ingin memperoleh pendapatan kas yang lebih cepat. Periode diskonto dalam hal ini adalah 40 hari (22 hari di bulan Desember, 18 hari di bulan Januari). Nilai wesel yang didiskonto (discounted value) adalah jumlah pembayaran yang diterima oleh PT Singkarak dari bank. Perhitungan nilai ini adalah sebagai berikut:
Nilai nominal wesel ……………………………   150.000,-
Ditambah:
        Bunga (150.000 X 10% X 90/360)  …….        3.750,-
Nilai jatuh tempo wesel ……………………….    153.750,-
Dikurangi:
        Diskonto (153.750 X 12% X 40/360) …..        2.050,-
Harga jual (discounted value) ……………….   151.700,-
Pada tanggal jatuh tempo, bank akan menerima Rp 153.750,- dari pihak tertarik (PT Ungu) yang berarti memperoleh pendapatan sebesar     Rp 2.050,- (153.750 – 151.700).

Dalam perhitungan ini, yang perlu diperhatikan adalah:
(1) diskonto dihitung dari nilai jatuh tempo (nilai nominal plus bunga), bukan dari nilai nominal wesel, kecuali untuk wesel tidak berbunga,
(2)  periode diskonto dihitung mundur ke belakang muali dari tanggal jatuh tempo (18 Januari 2011) sampai tanggal pendiskontoan wesel (9 Desember 2010).
                                  
Jurnal yang dibuat untuk pendiskontoan wesel tersebut adalah:
Tanggal     Uraian                                            Debit          Kredit
9/12            Kas                                             151.700
                            Wesel Tagih                                         150.000
                            Pendapatan Bunga                                 1.700
(untuk mencatat pendiskontoan wesel PT Ungu)
Seandainya nilai pendiskontoan wesel dari suatu piutang wesel lebih kecil daripada nilai nominal wesel maka selisihnya didebetkan ke akun biaya bunga.

4.      Piutang Wesel dengan Angsuran
Pembahasan wesel diatas diasumsikan bahwa wesel akan diterima pembayarannya secara penuh pada tanggal jatuh tempo. Dalam kenyataannya, ada wesel yang pembayarannya diangsur selama jangka waktu wesel. Piutang ini disebut piutang wesel dengan angsuran.
Setiap penerimaan angsuran akan terdiri dari: (1) bunga dari pokok pinjaman yang belum dibayar, (2) pengurangan atas pokok pinjaman. Pendapatan bunga setiap periode angsuran semakin menurun, sedangkan angsuran pokok pinjaman semakin bertambah.
Piutang wesel dengan angsuran pada saat timbul akan dicatat sebesar nilai nominalnya, dan selanjutnya dibuat jurnal untuk mencatat angsuran yang telah dilaksanakan. Contoh, Bank Mega menyetujui untuk memberi pinjaman kepada CV Andrew sebesar  Rp 500.000,-.  Untuk itu CV Andrew menandatangani promes, bunga 12% dengan angsuran tetap setengah tahunan sebesar Rp 33.231,-. Daftar angsuran wesel yang dibuat Bank Mega untuk dua tahun pertama adalah:
Periode bunga tengah tahunan
Penerimaan kas
Pendapatan bunga
Pengurangan pokok pinjaman
Saldo pinjaman
1/1/2010



500.000
30/6/2010
33.231
30.000
3.231
496.769
31/12/2010
33.231
29.806
3.425
493.344
30/6/2010
33.231
29.601
3.630
489.714
31/12/2010
33.231
29.383
3.848
485.866

Jurnal untuk mencatat timbulnya wesel dan penerimaan angsuran pertama adalah:
Tanggal     Uraian                                             Debit         Kredit
1/1              Piutang Wesel                         500.000
                            Kas                                                         500.000
(untuk mencatat pemberian pinjaman kepada CV Ciliwung)
30/6                    Kas                                                                         33.231
                                          Piutang Wesel                                                                3.231
                                          Pendapatan bunga                                                      30.000
(untuk mencatat penerimaan pertama wesel dengan angsuran CV Ciliwung)

Dalam neraca angsuran atas pokok pinjaman untuk tahun berikutnya dilaporkan sebagai aktiva lancar, sedangkan sisa pokok pinjaman lainnya dilaporkan sebagai aktiva tak lancar. Dengan demikian dalam neraca yang disusun per 31 Desember 2010, saldo akun Piutang Wesel akan dilaporkan sebesar Rp 493.344,-. Dari jumlah tersebut sejumlah Rp 7.478,- (3.630 + 3.848) dicantumkan sebagai aktiva lancar, dan Rp 485.866,- (493.344 + 7.478) sebagai aktiva tak lancar (aktiva jangka panjang). Piutang wesel dengan angsuran dan wesel jangka panjang lainnya biasanya dijamin dengan suatu hipotik (mortgage notes) atau kekayaan tertentu milik si peminjam.

5.       Penyajian Piutang dalam Neraca
Semua piutang yang diperkirakan akan terealisasi menjadi kas dalam suatu tahun disajikan pada bagian Aktiva Lancar. Adalah suatu hal yang biasa untuk mencantumkan aktiva menurut urutan likuiditasnya. Urutan likuiditas ini mencerminkan seberapa cepat setiap jenis aktiva lancar dikonversi menjadi uang tunai.
PT XXX
Neraca
31 Desember 200..
                                Aktiva
Aktiva Lancar:
Kas ………………………..                                 
Piutang
        Piutang Wesel ……..                  1.660.000,-
        Piutang Dagang ……                 37.510.000,-
        Piutang Lain-lain …..                    6.070.000,-
                Total Piutang ….                  45.240.000,-
        Dikurangi:
        Penyisihan Piutang Ragu-ragu.. 1.050.000,-
    Piutang bersih …………                 44.190.000,-

Apabila perusahaan memiliki beberapa jenis piutang, maka dalam neraca harus diklasifikasikan menurut jenisnya. Wesel jangka pendek (kurang dari satu tahun) dicantumkan dalam neraca di bawah investasi sementara pada bagian aktiva lancar. Selain itu, piutang wesel juga harus dilaporkan dalam jumlah bruto maupun cadangan kerugian piutangnya (Jusup, 2010).
Dalam laporan rugi-laba, biaya kerugian piutang dilaporkan dalam kelompok biaya penjualan pada bagian biaya operasi. Biaya bunga dikelompokkan dalam biaya lain-lain, dan pendapatan bunga dalam kelompok pendapatan lain-lain. Contoh pelaporan piutang dalam neraca sebagai berikut:

6.      Analisis dan Interpretasi Keuangan
Perputaran piutang usaha (account receivable turnover) mengukur seberapa cepat piutang berubah menjadi kas dalam setahun. Perputaran piutang usaha diperoleh dengan membagi jumlah penjualan kredit bersih terhadap rata-rata jumlah piutang. Rata-rata jumlah piutang diperoleh dari rata-rata jumlah saldo awal ditambah jumlah saldo akhir akun piutang. Secara matematis, perputaran piutang usaha dirumuskan sebagai berikut:


Perputaran piutang usaha =
Penjualan kredit bersih
Rata-rata piutang usaha

Jumlah hari penjualan dalam piutang (number of days receivables) merupakan estimasi lamanya piutang usaha beredar.

WESEL BAYAR
Kewajiban dalam bentuk surat promes akan dicatat sebagai wesel bayar (notes payable). Wesel bayar lebih sering digunakan daripada utang usaha. Wesel bayar memberikan bukti resmi bagi pihak kreditor (yang meminjamkan) atas kewajiban yang terjadi seandainya dibutuhkan langkah-langkah hukum untuk menagih utang. Wesel bayar umumnya mengharuskan peminjam untuk membayar bunga dan sering kali diterbitkan dalam rangka memenuhi kebutuhan pendanaan jangka pendek.

Wesel bayar diterbitkan dalam jangka waktu yang beragam. Jangka waktu untuk pembayaran dalam satu tahun dari tanggal neraca biasanya diklafikasikan sebagai kewajiban jangka pendek. Kebanyakan wesel bayar merupakan kewajiban berbunga.
                                                                     
Berikut ini adalah ilustrasi contoh untuk wesel bayar :
Diasumsikan bahwa Second national Bank setuju untuk memberikan pinjaman sebesar Rp. 100.000.000 pada tanggal 1 Maret 2012, Jika Nichole William Co. menandatangani wesel senilai Rp. 100.000.000 dengan tingkat bunga 12% dan jangka waktu 4 bulan. Dengan surat promes berbunga, jumlah aset yang diterima melalui penerbitan wesel bayar tersebut sama dengan nilai nominal wesel bayar . Oleh karena itu Nichole William Co. akan menerima uang tunai sebesar Rp. 100.000.000 dan membuat ayat jurnal sebagai berikut.

1 Maret    Kas                                                                            Rp. 100.000.000
                         Wesel Bayar                                                                                   Rp. 100.000.000

(Ket : Mencatat penerbitan wesel bayar)
Untuk beban bunga akan disesuaikan sepanjang umur dari wesel tersebut. dan harus dicatat secara periodik. Jika Nichole William Co. menyusun laporan keuangan setengah tahunan, jurnal penyesuaian harus dipersiapkan per tanggal 30 juni untuk mengakui beban bunga dan utang sebesar Rp. 4.000.000 (Rp.100.000.000 x 12% x 4/12). Rumus untuk perhitungan bunga dan penerapannya pada wesel bayar Nichole William.Co adalah seperti dibawah ini :

Nilai Nominal Wesel   x   Tingkat Bunga Tahunan   x   Waktu dalam Jangka Satu Tahun   =   Bunga
   Rp.100.000.000 x 12%x 4/12                              =             Rp. 4.000.000
Maka Jurnal penyesuaian yang perlu dibuat adalah

30 juni    Beban Bunga                                                               Rp. 4.000.000
                                       Utang Bunga                                                                   Rp. 4.000.000

(Ket : Mencatat akrual bunga selama 4 bulan pada wesel Second National Bank)

Dan dalam laporan keuangan pertanggal 30 juni, bagian kewajiban jangka pendek dalam neraca akan menunjukkan wesel bayar Rp. 100.000.000 dan utang bunga Rp. 4.000.000. Sedangkan beban bunga Rp. 4.000.000 akan dilaporkan dibawah "Beban dan Kerugian lain-lain" dalam laporan laba rugi. jika Nichole William Co. menyusun laporan keuangan setiap bulan, maka jurnal penyesuaian pada setiap akhir bulan sebesar Rp. 1.000.000 (Rp. 100.000.000 x 12% x 1/12).
Pada saat jatuh tempo (1 Juli 2012), Nichole William Co. harus membayar nilai nominal wesel tersebut (Rp. 100.000.000) ditambah bunga sebesar Rp. 4.000.000 (Rp. 100.000.000 x 12% x 4/12). Maka Jurnal untuk mencatat pembayaran wesel tersebut dan akrual bunganya adalah sebagai berikut :

1 Juli    Wesel Bayar                                                             Rp. 100.000.000
            Utang Bunga                                                             Rp.    4.000.000
                                       Kas                                                                                Rp. 104.000.000

(Ket : mencatat pembayaran wesel berbunga Second National Bank dan akrual bunga pada saat jatuh tempo)













AKUNTANSI PERSEDIAAN
A.    Pengertian umum
  • Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan-bahan bangunan.
  • Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual.
Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).
Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca.
Dalam perhitungan Rugi/Laba nilai persediaan (awal & akhir) mempengaruhi besarnya Harga Pokok Penjualan (HPP).
HPP = PERSEDIAAN AWAL+ PEMBELIAN BERSIH – PERSEDIAAN AKHIR
a. Inventory perusahaan dagang
Persediaan merupakan barang-barang yang dibeli oleh perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali dengan tanpa mengubah bentuk dan kualitas barang, atau dapat dikatakan tidak ada proses produksi sejak barang dibeli sampai dijual kembali oleh perusahaan.
b. Inventory perusahaan industri
Pengertian persediaan untuk perusahaan industri adalah barang-barang atau bahan yang dibeli oleh perusahaan dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi atau setengah jadi atau mungkin menjadi bahan baku bagi perusahaan lain, hal ini tergantung dari jenis dan proses usaha utama perusahaan.
Misalnya : Perusahaan industri permintaan kapas, bahan bakunya adalah kapas dari petani atau perkebunan, diolah menjadi benang, benang merupakan barang jadi baginya. Sedangkan perusahaan industri kain bahan bakunya adalah benang yang diolah menjadi kain sebagai barang jadi, dan perusahaan industri pakaian jadi membutuhkan bahan baku kain dan seterusnya.
Dengan gambaran diatas maka persediaan untuk perusahaan-perusahaan manufaktur pada umumnya mempunyai tiga jenis persediaan yaitu:
a)      Bahan baku (direct material)
b)      Barang dalam proses ( Work in proses)
c)      Barang jadi (Finished goods)

B.     Penentuan kuantitas persediaan
1)      Metode stock opname atau periodic method :
Persediaan yang merupakan komponen cost of goods sold (CGS) maka perhitungan kuantitas persediaan yang dilakukan dengan stock opname tergantung dari kelengkapan data/catatan dan perhitungan barang. Dengan cara ini perhitungan persediaan yang dibebankan pada CGS ada kemungkinan overstatement, karena hanya membandingkan dan menghitung jumlah barang yang dimiliki dikurangi dengan persediaan akhir.
Sehingga kalau terjadi adanya barang yang hilang, rusak, menguap, turun kualitasnya dsb, maka hal ini bila tidak terungkap akan menyebabkan laporan laba – rugi tidak atau kurang informatif. Karena adanya kerugian-kerugian yang seharusnya diperlukan sebagai kerugian extraordinary item, kemudian dengan perhitungan stock opname secara berkala tidaklah cukup sebagai dasar pembuatan keputusan yang bersifat manajerial secara cepat.

2)      Metode perpetual
Dalam metode perpetual ini terdapat kelemahan pada saat menentukan nilai dan jumlah barang, karena dengan metode pencatatan yang kontinyu ini berarti saldo persediaan setiap saat dapat diketahui, namun perlu diperhatikan bahwa dengan hanya menghitung jumlah barang berdasarkan catatan akan mengakibatkan nilai persediaan overstatement, karena adanya persediaan yang rusak dsb. Oleh karena itu yang lebih tepat dalam menentukan jumlah inventory adalah kalau menggunakan metode gabungan antara metode perpetual dengan stock opname.
3)      Metode agregatif
Dalam metode ini kesulitannya sama dengan kesulitan yang dialami metode perpetual, kalau dalam hal pembahasannya adalah masalah penentuan harga persediaan. Dalam metode ini juga lebih tepat kalau penentuan jumlah dan nilai persediaan dikombinasi dengan stock opname.

C.     BIAYA-BIAYA YANG HARUS DIMASUKAN DALAM PERSEDIAAN
Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan berhubungan dengan berapa jumlah persediaan yang harus yang dicatat dalam akun. Pembelian (akuisisi) persediaan, seperti aktiva lain, umumnya di perhitungkan atas dasar biaya.
a. Biaya produk
Product cost adalah biaya yang” melekat” pada persediaan dan di catat dalam akun persediaan. Biaya-biaya ini berhubungan langsung dengan transfer barang kelokasi bisnis pembeli dan pengubahan barang tersebut ke kondisi yang siap di jual. Beban seperti itu mencakup ongkos pengangkutan barang yang di beli, biaya pembelian langsun lainnya, dan biaya tenaga kerja serta produksi lain nya yang dikeluarkan dalam memproses barang ketika dijual. Namun karna adanya kesulitan prak tis dalam mengalokasikan biaya dan beban, maka tidak dimasukkan dalam penilaian persediaan.
b. Biaya periode
Beban penjualan (selling expenses) dan, dalam kondisi yang biasa, beban umum serta adminstrasi tidak dianggap berhubungan langsung dengan akuisisi atau produk si brang dan, karenanya, tidak dianggap sebagai bagian dari persediaan. Biaya semacam itu disebut dengan biaya periode secara konseptual, beban ini merupakan biaya dari produk eperti halnya harga beli awal dan ongkos pengangkutan.
Biaya bunga yang berhubungan dengan penyiapanpersediaan agar siap dijual biasanya di bebankan pada saat dikeluarkan. Arguman penting untuk pendekatan ini adalah bahwa biaya bunga merupakan biaya pembiayaan.
c. Biaya manufaktur
Seperti telah dibahas sebelumnya, sebuah bisnis yang membuat barang mengunakan persediaan- bahan baku,barang dalam proses, barang jadi. Brang dalam proses dan brang jadi meliputi bahan, tenaga kerja langsung, da biaya overhead manufaktur. Biaya overhead manufaktur meliputi bahan tidak langsung,tenaga kerja tidak langsung da pos-pos seperti penyusutan , pajak,asuransi, pemanas, dan listrik yang dibutuhkan dalam proses manufaktur.
D.    Biaya Persediaan Manufaktur dan Dampak Peningkatan Produksi
Biaya persediaan manufaktur terdiri atas tiga komponen:
  1. Bahan baku atau bahan mentah-biaya dari bahan dasar yang digunakan untuk membuat produk.
  2. Tenaga kerja –biaya tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk jadi.
  3. Overhead- biaya tidak langsung pada proses manufaktur,seperti penyusutan peralatan manufaktur, gaji penyelia, dan biaya prasarana.
E.     Biaya Perolehan atau Nilai Pasar
Nilai/harga pasar (market) dijabarkan sebagai biaya biaya penggantian terkini melalui pembelian atau reproduksi. Meskipun begitu, nilai pasar tidak boleh melebihi nilai realisasi bersih atau kurang dari nilai realisasi bersih setelah dikurangi margin keuntungan normal.
Biaya (cost) merupakan biaya perolehan persediaan. Biaya ini dihitung dengan salah satu metode biaya persediaan, misalnya FIFO, atau AVERAGE (rata-rata). Analis persediaan kita harus mempertimbangkan dampak dari aturan LOCOM. Saat harga meningkat, aturan ini cenderung menilai persediaan terlalu rendah tanpa memperhatikan pilihan metode biaya persediaan. Hal ini akan menekan rasio lancar.
Cuplikan analisis:
Usaha awal toro company untuk menjual alat kebersihan salju (snowblowers) tidak berhasil. Toro berangapan bahwa alat pembersih salju merupakan komplemen (pelengkap) usaha alat pemotong rumputnya, terutama setelah curah salju yang begitu tinggi dari tingkat normal selama beberapa tahun terakhir. Toro bereaksi memproduksi alat pembersih salju seolah-olah salju merupakan usaha yang berkembang dan andal seperti tumbuhnya rumput. Tahun disaat alat pembersih salju diperkenalkan, musim dinginnya menghasilkan salju yang lebih sedikit dari biasanya, sehingga baik toro maupun penyalurnya memiliki persediaan barang berlebih. Keuangan beberapa penyalur bahkan sangat tertekan hingga mereka tidak mampu mendanai persediaan alat pemotong rumput untuk musim depan. 
F.      Harga Pokok Penjualan
Tujuan pokok akuntansi persediaan adalah menetapkan secara layak hasil usaha selama satu periode dengan mengaitkan pendapatan terhadap biaya untuk memperoleh dan mempertahankan penghasilan tersebut. Dalam akuntansi persediaan harus ditentukan apakah suatu persediaan merupakan beban atau merupakan aktiva. Jika persediaan telah terjual maka persediaan tersebut akan dilaporkan sebagai beban atau merupakan komponen dari harga pokok penjualan, sebaliknya jika persediaan tersebut masih merupakan milik perusahaan (belum terjual) maka akan dilaporkan sebagai aktiva lancar
perusahaan.
Menurut PSAK no 14, jika barang dalam persediaan di jual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Proses pengakuan nilai tercatat persediaan yang telah dijual sebagai beban menghasilkan pengaitan (matching) beban dengan pendapatan.
Pada akhir periode akuntansi, jumlah biaya yang tersedia untuk dijual dialokasikan antara persediaan yang masih tersisa (dicatat di neraca sebagai aktiva) dan persediaan yang dijual selama periode (dilaporkan dalam laba rugi sebagai biaya, harga pokok penjualan). Secara ringkas dapat kita ilustrasikan
sebagai berikut :
Penjualan barang dagangan                                                                       XXX
Harga pokok penjualan terdiri dari:
Persediaan 1 Jan 2003                              XXX
Pembelian                                               XXX
(Retur pembelian)                                   (XXX)
(Potongan pembelian)                             (XXX)
Pembelian bersih                                                         XXX
Persediaan tersedia untuk dijual                                    XXX
Persediaan 31 Des 2003                                              (XXX)
Harga pokok penjualan barang dagangan                                                 (XXX)
Laba/(Rugi) kotor                                                                                             XXX
G.    SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN
Untuk dapat menetapkan nilai persediaan pada akhir periode dan menetapkan biaya persediaan selama satu periode, sistem persediaan yang digunakan adalah:
  1. Sistem Periodik (physical), yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara phisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi pengukuran dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu periode untuk kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya.
  2. Sistem Permanen (Perpetual), yaitu melakukan pembukuan atas persediaan secara terus menerus yaitu dengan membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun penjualan. Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga perusahaan dapat mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu. Misalnya persediaan alat rumah tangga elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave).
Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan untuk mencatat pembelian persediaan. Pada system pencatatan periodik pembelian persediaan dicatat dengan mendebit akun pembelian sehingga pada kahir periode akan dilakukan penyesuaian untuk mencatat harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.







PERBEDAAN JURNAL UMUM (METODE PEREODIK DAN PERPETUAL)
metode periodic
metode perpetual
no
keterangan
Debet
kredit
Keterangan
debet
kredit
1
Pembelian
6,000

Persediaan
6,000


kas

6,000
Kas

6,000
2
ongkos masuk
300

HPP
300


kas

300
Kas

300
3
utang dagang
200

utang dagang
200


      retur pembelian

200
          Persediaan

200
4
utang dagang
1,500

utang dagang
1,500


              Kas

1,470
Kas

1,470

           diskon pembelian

30
  HPP

30
5
piutang dagang
7,000

piutang dagang
7,000


penjualan

7,000
        Penjualan

7,000




HPP
5,600





Persediaan

5,600
6
retur penjualan
200

retur penjualan
200


piutang dagang

200
        piutang dagang

200




Persediaan
160





HPP

160
7
Kas
1,950

Kas
1,950


diskon penjualan
50

diskon penjualan
50


piutang dagang

2,000
piutang dagang

2,000
8
beban operasional
650

beban oprasional
650


kas

650
Kas

650



JURNAL PENYESUAIAN :
metode preiodik
metode perpetual
no
keterangan
Debet
kredit
Keterangan
debet
kredit

Iktisar L/R
2,000

TIDAK PERLU DI BUAT



PERSEDIAAN

2,000



PERSEDIAAN
2,360




Iktisar L/R

2,360



Laporan laba-rugi
METODE PERIODIK
METODE PERPETUAL
PENJUALAN
xxx

PENJUALAN
xxx

RETUR PENJUALAN
(xxx)

RETUR PENJUALAN
(xxx)

POT. PENJUALAN
(xxx)

POT. PENJUALAN
(xxx)

PENJUALAN BERSIH

xxx
PENJUALAN BERSIH

 xxx
HARGA POKOK PENJUALAN


HARGA POKOK PENJUALAN

(xxx)
PERS. Barang awal
xxx

LABA KOTOR

 xxx
Pembelian
xxx




ongkos angkut
(xxx)




potongan pembelian
(xxx)




barang tersedia dijual
xxx




Pers. Barang  akhir
(xxx)




HARGA POKOK PENJUALAN

(xxx)



LABA KOTOR

 Xxx












Ø  PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN SISTEM FISIK ( PERIODIK)
Untuk menentukan nilai persediaan barang pada akhir periode menurut system pisik
adalah sebagai berikut :
1. Metode Tanda Pengenal Khusus
Dalam metode tanda pengenal khusus ( specific identification ) setiap barang yang dibeli atau yang masuk diberi kode / tanda pengenal yang menunjukkan harga per satuan sesuai faktur yang diterima. Pada metode ini sudah jelas harga per satuannya dengan demikian, untuk mengetahui jumlah atau nilai persediaan pada akhir periode tinggal mengalikan jumlah barang yang masih ada dengan harga yang tercantum dalam etiket barang tersebut.
2. Metode Rata rata
a. Metode RataRata Sederhana
     Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga beli per satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan frekwensi pembelian dan persediaan awal periode.
b. Metode Rata-Rata Tertimbang
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang yang tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan awal ditambah jumlah pembelian dengan kuantitas barang tersebut
3. Metode MPKP ( FIFO )
Dalam metode ini, barang yang lebih dulu masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk belakangan. Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual) dihitung berdasarkan harga barang yang dibeli lebih dahulu, sesuai dengan jumlah pembeliannya. Atau dengan kata lain nilai persediaan akhir barang didasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir, sesuai dengan jumlah unitnya.
4. Metode MPKP ( LIFO )
Dalam metode ini, barang yang terakhir masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk lebih awal. Sehingga harga pokok barang yang terjual dihitung berdasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir sesuai dengan jumlah unitnya, atau nilai persediaan barnag didasarkan pada harga barang yang dibeli pada awal, sesuai dengan jumlah unitnya.
5. Metode Persediaan Dasar ( Basic Stock )
Disebut juga sebagai persediaan besi yakni persediaan minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga likuiditas perusahaannya. Dalam metode Ini keterlambatan masuknya barang yang disebabkan adanya kemacetan atau sebabsebab lain tidak mengganggu persediaan sehingga perusahaan masih dapat melayani pelanggan atau pembeli.
Dalam metode ini persediaan akhir dihitung berdasarkan harga pokok yang ditetapkan. Adapun selisih antara persediaan barang yang ada dengan persediaan dasar dinilai dengan harga menurut metode yang dikehendaki ( Metode ratarata, MPKP, MTKP, harga pasar dll ).
Ø  PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN SISTEM PERPETUAL
Dalam sistem perpetual setiap terjadi mutasi persediaan dicatat dalam akun persediaan. Metode penilaian persediaan digunakan pada saat terjadi transaksi penjualan, dengan membuat Kartu Persediaan Barang secara lengkap yang memuat kuantitas, harga satuan, jumlah harga baik untuk lajur masuk, keluar, maupun sisa. Kartu persediaan tersebut sebagai buku pembantu untuk tiap macam barang digunakan atau yang dijual. Sehingga apabila perusahaan memiliki 15 jenis barang, maka harus membuat Kartu Persediaan barang sebanyak 15.



Format Kartu Persediaan adalah sebagai berikut :
KARTU PERSEDIAAN (STOCK CARD)
NAMA BARANG:

METODE PENCATATAN :



HARGA JUAL :

TGL
KETERANGAN
MASUK
KELUAR
SALDO
UNIT
HARGA
JUMLAH
UNIT
HARGA
JUMLAH
UNIT
HARGA
JUMLAH














































































Metode penilaian persediaan dalam pencatatan secara perpetual sebagai berikut :
1. Metode Rata-rata bergerak ( Moving Average )
      Dalam metode ini, harga beli ratarata dihitung setiap terjadi transaksi
pembelian. Harga pokok penjualan per satuan didasarkan pada harga ratarata pada saat terjadi transaksi penjualan.
2. Metode FIFO
       Metode ini beranggapan barang yang ada paling awal dianggap dijual paling awal juga. Perbedaanya adalah dalam metode perpetual perhitungan harga pokok dilakukan pada saat terjadi penjualan.
3. Metode LIFO
      Pada metode ini barang yang terakhir dibeli dianggap dijual lebih dahulu. Harga pokok dihitung pada saat terjadi penjualan.
Ø  PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN METODE TAKSIRAN
          Penetapan harga pokok persediaan dengan metode cost mengharuskan perusahaan untuk mengadakan perhitungan secara pisik atas persediaan, umumnya memerlukan waktu lama dan biaya yang besar . Pada perusahaan tertentu seperti Toserba atau swalayan, metode cost dirasa kurang praktis atau tidak efisien. Untuk itu diperlukan metode lain, yakni metode Taksiran, khususnya dalam penilaian persediaan pada laporan intern. Dalam metode ini dapat digunakan dua cara yakni : 
1.      Metode Eceran
Metode ini banyak digunakan pada perusahaanperusahaan besar seperti toserba atau swalayan yang memperdagangkan puluhan bahkan ratusan jenis barang. Dalam hal ini setiap jenis barang yang ada dilekati label harga jual eceraannya sehingga pelayan toko lebih tahu harga jual eceran dari pada harga pokoknya dan lebih mudah baginya membuat laporan atas barang yang masih ada berdasarkan harga eceran tersebut .
Prosedur penilaian persediaan :
  • Atas persediaan awal , selain diketahui harga pokoknya, juga diketahui harga jual ecerannya
  • Setiap terjadi transaksi pembelian harus diketahui jumlah harga jualnya
  • Dihitung barang tersedia untuk dijual menurut harga beli dan menurut harga jual.
  • Dihitung prosentase harga pokok terhadap harga jual dengan rumus :
 Harga Pokok Persediaan Barang Tersedia dijual
                                                                                             X 100 % = ………%
           Harga jual barang tersedia dijual
  • Prosentase harga pokok dengan harga jual tersebut digunakan untuk menaksir harga pokok persediaan yang ada pada kahir akhir suatu periode.
Metode Laba Kotor ( Gross Profit Method )
Dalam metode ini konsep yang digunakan adalah konsep hubungan antara harga pokok dan harga jual. Besarnya prosentase laba kotor umumnya didasarkan prosentase laba-laba tahun lalu.
Metode laba kotor dapat bermanfaat dalam kondisi berikut ini :
a)      Perusahaan memerlukan laporan persediaan untuk keperluan intern bila perusahaan menggunakan sistem periodik. Atau untuk melihat persedian bulanan,sedang biaya stock opname sangat mahal.
b)      Persediaan rusak atau musnah akibat kebakaran, pencurian, bencana alam dll.
c)      Untuk menguji keabsahan angka persediaan yang dihitung dengan cara lain.
Dalam metode laba kotor besarnya prosentase laba kotor dapat dihitung dengan
  • Prosentase laba kotor dari harga jual
  • Prosentase laba kotor dari harga pokok.

Presentase laba kotor dihitung dari harga Jual
Dalam metode ini harga jual adalah 100%, sedangkan Harga pokok barang yang dijual adalah 100% dikurangi laba kotor, atau persen laba kurang dari 100. Cara menentukan nilai persediaan akhir adalah sebagai berikut :
  1. Dihitung lebih dahulu jumlah barang tersedia untuk dijual dengan jalan menambahkan persediaan barang daganga awal tahun ditambah pembelian bersih tahun berjalan.
  2. Dihitung harga pokok barang yang dijual dengan cara jumlah penjualan dikurangi persentase dikali jumlah penjualan.
  3. Dihitung nilai persediaan akhir barang dagangan, yakni barang tersedia untuk dijualdikurang harga pokok barang yang sudah dijual.
Persentase laba kotor dihitung dari harga Pokok.
Bila persentase laba kotor ditentukan dari harga pokok , besarnya harga jual adalah harga pokok ( 100% ) ditambah prosentase laba. Jadi harga jual lebih dari seratus persen atau disebut persen laba diatas seratus. 



Simpulan
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan. Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan.
Dengan gambaran tersebut maka persediaan untuk perusahaan-perusahaan manufaktur pada umumnya mempunyai tiga jenis persediaan yaitu:
1. Bahan baku (direct material)
2. Barang dalam proses (work in proses)
3. Barang jadi (finished goods).
Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada dua, yaitu:
1. Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik)
2. Metode Perpetual
Masalah kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in transit) sangat tergantung dari perjanjian yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 2 syarat tersebut adalah (1) Fob Shipping Point dan (2) Fob Destination.
Tidak semua barang yang berada di gudang/toko bisa diakui menjadi milik perusahaan, misalnya barang titipan (barang konsinyasi) dari pihak lain dengan tujuan akan dijual untuk dan atas nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlah komisi (consignment in) tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknya untuk barang yang sifatnya consigment out, yang sampai dengan tanggal neraca belum terjual harus dicantumkan di Neraca.

DAFTAR PUSTAKA                         
Kieso, Donald E, dkk. Akuntansi Intermediate.2007. Jakarta: Erlangga
Hamizar, Nuh Muhammad.Akuntansi intermediate.2008.Jakarta: CV Fajar

                                                    


Bottom of Form
Top of Form
Bottom of Form