WESEL
TAGIH
1.
Pengertian
Wesel Tagih (Promes)
Wesel tagih atau promes (promissory note)
adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang atas permintaan pada suatu
waktu tertentu. Pihak yang meminta agar promes atau wesel dibayarkan disebut penerima
pembayaran (payee), sedangkan pihak yang membuat janji pembayaran
disebut pembuat (maker).
Karakteristik Wesel (Promes)
Promes/wesel memiliki beberapa karakteristik sebagai
berikut
:
·
Tanggal jatuh tempo
Tanggal suatu
promes atau wesel harus dibayarkan disebut tanggal jatuh tempo (due date atau maturity
date). Periode waktu antara tanggal penerbitan sampai dengan tanggal jatuh
tempo promes atau wesel jangka pendek bisa dinyatakan dalam hari atau bulan. Jika
dinyatakan dalam hari maka tanggal jatuh tempo promes atau wesel dinyatakan
jumlah hari setelah tanggal penerbitan. Demikian juga apabila dinyatakan
dengan bulan.
·
Bunga
Promes atau
wesel menetapkan bunga yang akan dibayarkan untuk periode antara tanggal
penerbitan dan tanggal jatuh tempo. Promes atau wesel jangka pendek, yaitu
jangka waktunya kurang dari satu tahun maka bunga umumnya dibayar pada saat
jatuh tempo.
Bunga = utang pokok x suku bunga
x waktu
Suku bunga
promes biasanya ditetapkan atas dasar tahunan, terlepas dari jangka waktu
aktual yang terlibat. Jadi, bunga sebesar 8% untuk promes senilai Rp
2.000.000,00 adalah Rp 160.000,00 per tahun (8% X Rp 2.000.000,00). Jika jangka
waktu promes hanya tiga bulan maka bunga yang harus dibayar pada saat jatuh
tempo adalah Rp 40.000,00 (3/12 X 8% X Rp 2.000.000,00). Rumus dasar untuk
menghitung bunga adalah:
Nilai jatuh tempo
Jumlah yang
harus dibayarkan pada tanggal jatuh tempo disebut nilai jatuh tempo (maturity
value). Nilai jatuh tempo promes atau wesel adalah jumlah pokok (nilai
nominal) ditambah bunga.
2.
Akuntansi untuk Wesel Tagih
Promes atau
wesel bisa diterima dari pelanggan untuk menggantikan piutang usaha. Sebagai
contoh, diterima promes tertanggal 21 November berjangka waktu 30 hari dengan
bunga 12% dari PD. Bodogol, sebagai pelunasan
utangnya yang telah jatuh tempo dan memiliki saldo $ 6.000. Promes ini
akan jatuh tempo pada tanggal 21 Desember. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi
penerimaan promes pada tanggal penerbitan, pelunasan beserta
bunganya pada tanggal jatuh tempo adalah sebagaimana tercantum pada tabel di
samping.
Jika maker promes atau
wesel ternyata tidak bisa membayar utangnya pada tanggal jatuh tempo, maka
promes atau wesel tersebut disebut sebagai wesel tagih yang ditolak (dishonored
note receivable). Jika hal ini terjadi maka jumlah nominal promes
beserta bunganya harus ditransfer ke akun piutang usaha. Contoh, promes dari PD
Bodogol, ditolak pada tanggal jatuh tempo. Ayat jurnal untuk mentransfer promes
beserta bunganya
Tanggal Uraian
Debit
Kredit
21/12 Piutang Usaha-W.A. Bunn
6.060
Wesel
Tagih
6.000
Pendapatan
Bunga
60
(untuk mencatat promes yang ditolak beserta bunganya)
bunganya akan
nampak sebagai berikut:
Bunga sebesar
$60 dianggap telah diterima meski promes ditolak. Jika piutang usaha tersebut
diperkirakan tidak dapat ditagih maka jumlah sebesar $6.060 (promes plus bunga)
akan menjadi bagian dari beban piutang tak tertagih.
3.
Pengalihan
piutang Wesel
Surat wesel adalah surat berharga yang bisa
dipindahtangankan, artinya bisa diperjualbelikan untuk mendapatkan uang kas.
Penjualan piutang wesel sebelum tanggal jatuh temponya disebut pendiskontoan
wesel, karena pemegang (penjual) wesel akan menerima hasil penjualan yang
nilainya lebih kecil daripada nilai jatuh tempo wesel tersebut.
Harga jual wesel yang lebih rendah ini akan menyebabkan
pendapatan bunga yang diterima pemegang (penjual) wesel akan menjadi berkurang.
Hal ini wajar karena bagian pendapatan bunga yang tidak jadi diterima merupakan
harga yang harus dibayar untuk penerimaan kas yang lebih cepat dari yang
seharusnya (Jusup, 1999).
Contoh, PT Caraka memiliki piutang wesel kepada PT Ungu
yang ditarik pada tanggal 20 Oktober 2010. Nominal wesel Rp 150.000,- bunga
10%, jangka waktu 90 hari. Ini berarti wesel akan jatuh tempo pada 18 Januari
2011.
Pada tanggal 9 Desember 2010, PT Caraka mendiskontokan
wesel tersebut kepada Bank Mega dengan diskonto 12%. Tingkat diskonto ini
lebih tinggi dari bungan wesel, karena bank ingin memperoleh pendapatan yang
lebih besar. PT Caraka bersedia menerima tingkat diskonto ini karena ingin
memperoleh pendapatan kas yang lebih cepat. Periode diskonto dalam hal ini
adalah 40 hari (22 hari di bulan Desember, 18 hari di bulan Januari). Nilai
wesel yang didiskonto (discounted value) adalah jumlah pembayaran
yang diterima oleh PT Singkarak dari bank. Perhitungan nilai ini adalah sebagai
berikut:
Nilai nominal wesel
…………………………… 150.000,-
Ditambah:
Bunga (150.000 X 10% X 90/360) …….
3.750,-
Nilai jatuh tempo wesel
………………………. 153.750,-
Dikurangi:
Diskonto (153.750 X 12% X 40/360) …..
2.050,-
Harga jual (discounted value) ……………….
151.700,-
Pada tanggal
jatuh tempo, bank akan menerima Rp 153.750,- dari pihak tertarik (PT Ungu) yang
berarti memperoleh pendapatan sebesar Rp 2.050,-
(153.750 – 151.700).
Dalam
perhitungan ini, yang perlu diperhatikan adalah:
(1) diskonto dihitung dari nilai jatuh tempo (nilai
nominal plus bunga), bukan dari nilai nominal wesel, kecuali untuk wesel tidak
berbunga,
(2) periode diskonto dihitung mundur ke belakang
muali dari tanggal jatuh tempo (18 Januari 2011) sampai tanggal pendiskontoan
wesel (9 Desember 2010).
Jurnal yang dibuat untuk pendiskontoan wesel tersebut
adalah:
Tanggal
Uraian
Debit Kredit
9/12
Kas
151.700
Wesel
Tagih
150.000
Pendapatan
Bunga
1.700
(untuk mencatat pendiskontoan wesel PT Ungu)
Seandainya
nilai pendiskontoan wesel dari suatu piutang wesel lebih kecil daripada nilai
nominal wesel maka selisihnya didebetkan ke akun biaya bunga.
4.
Piutang Wesel
dengan Angsuran
Pembahasan wesel diatas diasumsikan bahwa wesel akan
diterima pembayarannya secara penuh pada tanggal jatuh tempo. Dalam
kenyataannya, ada wesel yang pembayarannya diangsur selama jangka waktu wesel.
Piutang ini disebut piutang wesel dengan angsuran.
Setiap
penerimaan angsuran akan terdiri dari: (1) bunga dari pokok pinjaman yang belum
dibayar, (2) pengurangan atas pokok pinjaman. Pendapatan bunga setiap periode angsuran
semakin menurun, sedangkan angsuran pokok pinjaman semakin bertambah.
Piutang wesel dengan angsuran pada saat timbul akan
dicatat sebesar nilai nominalnya, dan selanjutnya dibuat jurnal untuk mencatat
angsuran yang telah dilaksanakan. Contoh, Bank Mega menyetujui untuk memberi
pinjaman kepada CV Andrew sebesar Rp 500.000,-. Untuk itu CV Andrew
menandatangani promes, bunga 12% dengan angsuran tetap setengah tahunan sebesar
Rp 33.231,-. Daftar angsuran wesel yang dibuat Bank Mega untuk dua tahun
pertama adalah:
Periode bunga
tengah tahunan
|
Penerimaan
kas
|
Pendapatan
bunga
|
Pengurangan
pokok pinjaman
|
Saldo
pinjaman
|
1/1/2010
|
500.000
|
|||
30/6/2010
|
33.231
|
30.000
|
3.231
|
496.769
|
31/12/2010
|
33.231
|
29.806
|
3.425
|
493.344
|
30/6/2010
|
33.231
|
29.601
|
3.630
|
489.714
|
31/12/2010
|
33.231
|
29.383
|
3.848
|
485.866
|
Jurnal untuk
mencatat timbulnya wesel dan penerimaan angsuran pertama adalah:
Tanggal
Uraian
Debit Kredit
1/1
Piutang
Wesel
500.000
Kas
500.000
(untuk mencatat pemberian pinjaman kepada CV
Ciliwung)
30/6
Kas
33.231
Piutang
Wesel
3.231
Pendapatan
bunga
30.000
(untuk mencatat penerimaan pertama wesel dengan
angsuran CV Ciliwung)
Dalam neraca
angsuran atas pokok pinjaman untuk tahun berikutnya dilaporkan sebagai aktiva
lancar, sedangkan sisa pokok pinjaman lainnya dilaporkan sebagai aktiva tak
lancar. Dengan demikian dalam neraca yang disusun per 31 Desember 2010, saldo
akun Piutang Wesel akan dilaporkan sebesar Rp 493.344,-. Dari jumlah tersebut
sejumlah Rp 7.478,- (3.630 + 3.848) dicantumkan sebagai aktiva lancar, dan Rp
485.866,- (493.344 + 7.478) sebagai aktiva tak lancar (aktiva jangka panjang).
Piutang wesel dengan angsuran dan wesel jangka panjang lainnya biasanya dijamin
dengan suatu hipotik (mortgage notes) atau kekayaan tertentu
milik si peminjam.
5.
Penyajian Piutang dalam Neraca
Semua piutang yang diperkirakan akan terealisasi menjadi
kas dalam suatu tahun disajikan pada bagian Aktiva Lancar. Adalah suatu hal
yang biasa untuk mencantumkan aktiva menurut urutan likuiditasnya. Urutan
likuiditas ini mencerminkan seberapa cepat setiap jenis aktiva lancar
dikonversi menjadi uang tunai.
PT XXX
Neraca
31 Desember 200..
Aktiva
Aktiva Lancar:
Kas
………………………..
Piutang
Piutang Wesel
……..
1.660.000,-
Piutang Dagang
……
37.510.000,-
Piutang Lain-lain
…..
6.070.000,-
Total Piutang
….
45.240.000,-
Dikurangi:
Penyisihan Piutang Ragu-ragu.. 1.050.000,-
Piutang bersih
…………
44.190.000,-
Apabila
perusahaan memiliki beberapa jenis piutang, maka dalam neraca harus
diklasifikasikan menurut jenisnya. Wesel jangka pendek (kurang dari satu tahun)
dicantumkan dalam neraca di bawah investasi sementara pada bagian aktiva
lancar. Selain itu, piutang wesel juga harus dilaporkan dalam jumlah bruto
maupun cadangan kerugian piutangnya (Jusup, 2010).
Dalam laporan
rugi-laba, biaya kerugian piutang dilaporkan dalam kelompok biaya penjualan
pada bagian biaya operasi. Biaya bunga dikelompokkan
dalam biaya lain-lain, dan pendapatan bunga dalam kelompok pendapatan
lain-lain. Contoh pelaporan piutang dalam neraca sebagai berikut:
6.
Analisis dan Interpretasi Keuangan
Perputaran
piutang usaha (account
receivable turnover) mengukur seberapa cepat piutang
berubah menjadi kas dalam setahun. Perputaran piutang usaha diperoleh dengan
membagi jumlah penjualan kredit bersih terhadap rata-rata jumlah piutang.
Rata-rata jumlah piutang diperoleh dari rata-rata jumlah saldo awal ditambah
jumlah saldo akhir akun piutang. Secara matematis, perputaran piutang usaha
dirumuskan sebagai berikut:
Perputaran piutang usaha =
Penjualan kredit bersih
Rata-rata piutang usaha
Jumlah hari penjualan dalam piutang (number of days receivables) merupakan estimasi lamanya piutang
usaha beredar.
WESEL
BAYAR
Kewajiban dalam bentuk surat promes akan dicatat sebagai wesel
bayar (notes payable). Wesel bayar lebih sering digunakan daripada utang
usaha. Wesel bayar memberikan bukti resmi bagi pihak kreditor (yang
meminjamkan) atas kewajiban yang terjadi seandainya dibutuhkan langkah-langkah
hukum untuk menagih utang. Wesel bayar umumnya mengharuskan peminjam untuk
membayar bunga dan sering kali diterbitkan dalam rangka memenuhi kebutuhan
pendanaan jangka pendek.
Wesel
bayar diterbitkan dalam jangka waktu yang beragam. Jangka waktu untuk
pembayaran dalam satu tahun dari tanggal neraca biasanya diklafikasikan sebagai
kewajiban jangka pendek. Kebanyakan wesel bayar merupakan kewajiban
berbunga.
Berikut
ini adalah ilustrasi contoh untuk wesel bayar :
Diasumsikan
bahwa Second national Bank setuju untuk memberikan pinjaman sebesar Rp.
100.000.000 pada tanggal 1 Maret 2012, Jika Nichole William Co. menandatangani
wesel senilai Rp. 100.000.000 dengan tingkat bunga 12% dan jangka waktu 4
bulan. Dengan surat promes berbunga, jumlah aset yang diterima melalui
penerbitan wesel bayar tersebut sama dengan nilai nominal wesel bayar . Oleh
karena itu Nichole William Co. akan menerima uang tunai sebesar Rp. 100.000.000
dan membuat ayat jurnal sebagai berikut.
1
Maret Kas
Rp. 100.000.000
Wesel Bayar
Rp. 100.000.000
(Ket
: Mencatat penerbitan wesel bayar)
Untuk beban bunga akan disesuaikan sepanjang umur dari wesel
tersebut. dan harus dicatat secara periodik. Jika Nichole William Co. menyusun
laporan keuangan setengah tahunan, jurnal penyesuaian harus dipersiapkan per
tanggal 30 juni untuk mengakui beban bunga dan utang sebesar Rp. 4.000.000
(Rp.100.000.000 x 12% x 4/12). Rumus untuk perhitungan bunga dan penerapannya
pada wesel bayar Nichole William.Co adalah seperti dibawah ini :
Nilai Nominal Wesel x
Tingkat Bunga Tahunan x Waktu dalam Jangka Satu Tahun =
Bunga
Rp.100.000.000 x 12%x 4/12
= Rp. 4.000.000
Maka
Jurnal penyesuaian yang perlu dibuat adalah
30
juni Beban Bunga
Rp. 4.000.000
Utang Bunga
Rp.
4.000.000
(Ket
: Mencatat akrual bunga selama 4 bulan pada wesel Second National Bank)
Dan
dalam laporan keuangan pertanggal 30 juni, bagian kewajiban jangka pendek dalam
neraca akan menunjukkan wesel bayar Rp. 100.000.000 dan utang bunga Rp.
4.000.000. Sedangkan beban bunga Rp. 4.000.000 akan dilaporkan dibawah
"Beban dan Kerugian lain-lain" dalam laporan laba rugi. jika Nichole
William Co. menyusun laporan keuangan setiap bulan, maka jurnal penyesuaian
pada setiap akhir bulan sebesar Rp. 1.000.000 (Rp. 100.000.000 x 12% x 1/12).
Pada
saat jatuh tempo (1 Juli 2012), Nichole William Co. harus membayar nilai
nominal wesel tersebut (Rp. 100.000.000) ditambah bunga sebesar Rp. 4.000.000
(Rp. 100.000.000 x 12% x 4/12). Maka Jurnal untuk mencatat pembayaran wesel
tersebut dan akrual bunganya adalah sebagai berikut :
1
Juli Wesel Bayar
Rp. 100.000.000
Utang Bunga
Rp. 4.000.000
Kas
Rp. 104.000.000
(Ket
: mencatat pembayaran wesel berbunga Second National Bank dan akrual bunga pada
saat jatuh tempo)
AKUNTANSI PERSEDIAAN
A.
Pengertian
umum
- Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan-bahan bangunan.
- Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual.
Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak
memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang
sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan
baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk
dijual).
Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat
penting karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun
tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan
langsung berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca.
Dalam
perhitungan Rugi/Laba nilai persediaan (awal & akhir) mempengaruhi besarnya
Harga Pokok Penjualan (HPP).
HPP = PERSEDIAAN AWAL+ PEMBELIAN
BERSIH – PERSEDIAAN AKHIR
a. Inventory perusahaan dagang
Persediaan
merupakan barang-barang yang dibeli oleh perusahaan dengan tujuan untuk dijual
kembali dengan tanpa mengubah bentuk dan kualitas barang, atau dapat dikatakan
tidak ada proses produksi sejak barang dibeli sampai dijual kembali oleh
perusahaan.
b. Inventory perusahaan industri
Pengertian
persediaan untuk perusahaan industri adalah barang-barang atau bahan yang
dibeli oleh perusahaan dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang
jadi atau setengah jadi atau mungkin menjadi bahan baku bagi perusahaan lain,
hal ini tergantung dari jenis dan proses usaha utama perusahaan.
Misalnya
: Perusahaan industri permintaan kapas, bahan bakunya adalah kapas dari petani
atau perkebunan, diolah menjadi benang, benang merupakan barang jadi baginya.
Sedangkan perusahaan industri kain bahan bakunya adalah benang yang diolah
menjadi kain sebagai barang jadi, dan perusahaan industri pakaian jadi
membutuhkan bahan baku kain dan seterusnya.
Dengan
gambaran diatas maka persediaan untuk perusahaan-perusahaan manufaktur pada
umumnya mempunyai tiga jenis persediaan yaitu:
a)
Bahan
baku (direct material)
b)
Barang
dalam proses ( Work in proses)
c)
Barang
jadi (Finished goods)
B. Penentuan kuantitas persediaan
1) Metode stock opname atau periodic method
:
Persediaan
yang merupakan komponen cost of goods sold (CGS) maka perhitungan kuantitas
persediaan yang dilakukan dengan stock opname tergantung dari kelengkapan
data/catatan dan perhitungan barang. Dengan cara ini perhitungan persediaan
yang dibebankan pada CGS ada kemungkinan overstatement, karena hanya
membandingkan dan menghitung jumlah barang yang dimiliki dikurangi dengan
persediaan akhir.
Sehingga
kalau terjadi adanya barang yang hilang, rusak, menguap, turun kualitasnya dsb,
maka hal ini bila tidak terungkap akan menyebabkan laporan laba – rugi tidak
atau kurang informatif. Karena adanya kerugian-kerugian yang seharusnya
diperlukan sebagai kerugian extraordinary item, kemudian dengan perhitungan
stock opname secara berkala tidaklah cukup sebagai dasar pembuatan keputusan
yang bersifat manajerial secara cepat.
2) Metode perpetual
Dalam metode perpetual ini terdapat
kelemahan pada saat menentukan nilai dan jumlah barang, karena dengan metode
pencatatan yang kontinyu ini berarti saldo persediaan setiap saat dapat
diketahui, namun perlu diperhatikan bahwa dengan hanya menghitung jumlah barang
berdasarkan catatan akan mengakibatkan nilai persediaan overstatement, karena
adanya persediaan yang rusak dsb. Oleh karena itu yang lebih tepat dalam
menentukan jumlah inventory adalah kalau menggunakan metode gabungan antara
metode perpetual dengan stock opname.
3) Metode agregatif
Dalam
metode ini kesulitannya sama dengan kesulitan yang dialami metode perpetual,
kalau dalam hal pembahasannya adalah masalah penentuan harga persediaan. Dalam
metode ini juga lebih tepat kalau penentuan jumlah dan nilai persediaan
dikombinasi dengan stock opname.
C.
BIAYA-BIAYA
YANG HARUS DIMASUKAN DALAM PERSEDIAAN
Salah
satu masalah paling penting dalam menangani persediaan berhubungan dengan
berapa jumlah persediaan yang harus yang dicatat dalam akun. Pembelian
(akuisisi) persediaan, seperti aktiva lain, umumnya di perhitungkan atas dasar
biaya.
a. Biaya produk
Product
cost adalah biaya yang” melekat” pada persediaan dan di catat dalam akun
persediaan. Biaya-biaya ini berhubungan langsung dengan transfer barang
kelokasi bisnis pembeli dan pengubahan barang tersebut ke kondisi yang siap di
jual. Beban seperti itu mencakup ongkos pengangkutan barang yang di beli, biaya
pembelian langsun lainnya, dan biaya tenaga kerja serta produksi lain nya yang
dikeluarkan dalam memproses barang ketika dijual. Namun karna adanya kesulitan
prak tis dalam mengalokasikan biaya dan beban, maka tidak dimasukkan dalam
penilaian persediaan.
b.
Biaya periode
Beban
penjualan (selling expenses) dan, dalam kondisi yang biasa, beban umum serta
adminstrasi tidak dianggap berhubungan langsung dengan akuisisi atau produk si
brang dan, karenanya, tidak dianggap sebagai bagian dari persediaan. Biaya
semacam itu disebut dengan biaya periode secara konseptual, beban ini merupakan
biaya dari produk eperti halnya harga beli awal dan ongkos pengangkutan.
Biaya bunga yang berhubungan dengan penyiapanpersediaan agar siap
dijual biasanya di bebankan pada saat dikeluarkan. Arguman penting untuk
pendekatan ini adalah bahwa biaya bunga merupakan biaya pembiayaan.
c. Biaya manufaktur
Seperti
telah dibahas sebelumnya, sebuah bisnis yang membuat barang mengunakan
persediaan- bahan baku,barang dalam proses, barang jadi. Brang dalam proses dan
brang jadi meliputi bahan, tenaga kerja langsung, da biaya overhead manufaktur.
Biaya overhead manufaktur meliputi bahan tidak langsung,tenaga kerja tidak
langsung da pos-pos seperti penyusutan , pajak,asuransi, pemanas, dan listrik
yang dibutuhkan dalam proses manufaktur.
D.
Biaya
Persediaan Manufaktur dan Dampak Peningkatan Produksi
Biaya
persediaan manufaktur terdiri atas tiga komponen:
- Bahan baku atau bahan mentah-biaya dari bahan dasar yang digunakan untuk membuat produk.
- Tenaga kerja –biaya tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk jadi.
- Overhead- biaya tidak langsung pada proses manufaktur,seperti penyusutan peralatan manufaktur, gaji penyelia, dan biaya prasarana.
E.
Biaya
Perolehan atau Nilai Pasar
Nilai/harga pasar
(market) dijabarkan sebagai biaya biaya penggantian terkini melalui pembelian
atau reproduksi. Meskipun begitu, nilai pasar tidak boleh melebihi nilai
realisasi bersih atau kurang dari nilai realisasi bersih setelah dikurangi
margin keuntungan normal.
Biaya (cost) merupakan biaya perolehan
persediaan. Biaya ini dihitung dengan salah satu metode biaya persediaan,
misalnya FIFO, atau AVERAGE (rata-rata). Analis persediaan kita harus
mempertimbangkan dampak dari aturan LOCOM. Saat harga meningkat, aturan ini
cenderung menilai persediaan terlalu rendah tanpa memperhatikan pilihan metode
biaya persediaan. Hal ini akan menekan rasio lancar.
Cuplikan analisis:
Usaha
awal toro company untuk menjual alat kebersihan salju (snowblowers) tidak
berhasil. Toro berangapan bahwa alat pembersih salju merupakan komplemen
(pelengkap) usaha alat pemotong rumputnya, terutama setelah curah salju yang
begitu tinggi dari tingkat normal selama beberapa tahun terakhir. Toro bereaksi
memproduksi alat pembersih salju seolah-olah salju merupakan usaha yang
berkembang dan andal seperti tumbuhnya rumput. Tahun disaat alat pembersih
salju diperkenalkan, musim dinginnya menghasilkan salju yang lebih sedikit dari
biasanya, sehingga baik toro maupun penyalurnya memiliki persediaan barang
berlebih. Keuangan beberapa penyalur bahkan sangat tertekan hingga mereka tidak
mampu mendanai persediaan alat pemotong rumput untuk musim depan.
F.
Harga
Pokok Penjualan
Tujuan pokok akuntansi persediaan adalah menetapkan secara
layak hasil usaha selama satu periode dengan mengaitkan pendapatan terhadap
biaya untuk memperoleh dan mempertahankan penghasilan tersebut. Dalam akuntansi
persediaan harus ditentukan apakah suatu persediaan merupakan beban atau
merupakan aktiva. Jika persediaan telah terjual maka persediaan tersebut akan
dilaporkan sebagai beban atau merupakan komponen dari harga pokok penjualan,
sebaliknya jika persediaan tersebut masih merupakan milik perusahaan (belum
terjual) maka akan dilaporkan sebagai aktiva lancar
perusahaan.
Menurut PSAK no 14, jika barang dalam persediaan di jual,
maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode
diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Proses pengakuan nilai tercatat
persediaan yang telah dijual sebagai beban menghasilkan pengaitan (matching)
beban dengan pendapatan.
Pada akhir periode akuntansi, jumlah biaya yang tersedia
untuk dijual dialokasikan antara persediaan yang masih tersisa (dicatat di
neraca sebagai aktiva) dan persediaan yang dijual selama periode (dilaporkan
dalam laba rugi sebagai biaya, harga pokok penjualan). Secara ringkas dapat
kita ilustrasikan
sebagai
berikut :
Penjualan
barang dagangan
XXX
Harga
pokok penjualan terdiri dari:
Persediaan
1 Jan
2003
XXX
Pembelian
XXX
(Retur
pembelian)
(XXX)
(Potongan
pembelian)
(XXX)
Pembelian
bersih
XXX
Persediaan
tersedia untuk dijual
XXX
Persediaan
31 Des 2003
(XXX)
Harga
pokok penjualan barang
dagangan
(XXX)
Laba/(Rugi)
kotor
XXX
G.
SISTEM
PENCATATAN PERSEDIAAN
Untuk
dapat menetapkan nilai persediaan pada akhir periode dan menetapkan biaya
persediaan selama satu periode, sistem persediaan yang digunakan adalah:
- Sistem Periodik (physical), yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara phisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi pengukuran dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu periode untuk kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya.
- Sistem Permanen (Perpetual), yaitu melakukan pembukuan atas persediaan secara terus menerus yaitu dengan membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun penjualan. Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga perusahaan dapat mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu. Misalnya persediaan alat rumah tangga elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave).
Perbedaan
penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan untuk mencatat
pembelian persediaan. Pada system pencatatan periodik pembelian persediaan
dicatat dengan mendebit akun pembelian sehingga pada kahir periode akan
dilakukan penyesuaian untuk mencatat harga pokok barang yang dijual dan
melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.
PERBEDAAN JURNAL UMUM (METODE PEREODIK DAN PERPETUAL)
metode periodic
|
metode perpetual
|
|||||
no
|
keterangan
|
Debet
|
kredit
|
Keterangan
|
debet
|
kredit
|
1
|
Pembelian
|
6,000
|
Persediaan
|
6,000
|
||
kas
|
6,000
|
Kas
|
6,000
|
|||
2
|
ongkos masuk
|
300
|
HPP
|
300
|
||
kas
|
300
|
Kas
|
300
|
|||
3
|
utang dagang
|
200
|
utang dagang
|
200
|
||
retur pembelian
|
200
|
Persediaan
|
200
|
|||
4
|
utang dagang
|
1,500
|
utang dagang
|
1,500
|
||
Kas
|
1,470
|
Kas
|
1,470
|
|||
diskon pembelian
|
30
|
HPP
|
30
|
|||
5
|
piutang dagang
|
7,000
|
piutang dagang
|
7,000
|
||
penjualan
|
7,000
|
Penjualan
|
7,000
|
|||
HPP
|
5,600
|
|||||
Persediaan
|
5,600
|
|||||
6
|
retur penjualan
|
200
|
retur penjualan
|
200
|
||
piutang dagang
|
200
|
piutang dagang
|
200
|
|||
Persediaan
|
160
|
|||||
HPP
|
160
|
|||||
7
|
Kas
|
1,950
|
Kas
|
1,950
|
||
diskon penjualan
|
50
|
diskon penjualan
|
50
|
|||
piutang dagang
|
2,000
|
piutang dagang
|
2,000
|
|||
8
|
beban operasional
|
650
|
beban oprasional
|
650
|
||
kas
|
650
|
Kas
|
650
|
JURNAL
PENYESUAIAN :
metode preiodik
|
metode perpetual
|
|||||
no
|
keterangan
|
Debet
|
kredit
|
Keterangan
|
debet
|
kredit
|
Iktisar L/R
|
2,000
|
TIDAK PERLU DI BUAT
|
||||
PERSEDIAAN
|
2,000
|
|||||
PERSEDIAAN
|
2,360
|
|||||
Iktisar L/R
|
2,360
|
Laporan laba-rugi
METODE PERIODIK
|
METODE PERPETUAL
|
||||
PENJUALAN
|
xxx
|
PENJUALAN
|
xxx
|
||
RETUR PENJUALAN
|
(xxx)
|
RETUR PENJUALAN
|
(xxx)
|
||
POT. PENJUALAN
|
(xxx)
|
POT. PENJUALAN
|
(xxx)
|
||
PENJUALAN BERSIH
|
xxx
|
PENJUALAN BERSIH
|
xxx
|
||
HARGA POKOK PENJUALAN
|
HARGA POKOK PENJUALAN
|
(xxx)
|
|||
PERS. Barang awal
|
xxx
|
LABA KOTOR
|
xxx
|
||
Pembelian
|
xxx
|
||||
ongkos angkut
|
(xxx)
|
||||
potongan pembelian
|
(xxx)
|
||||
barang tersedia dijual
|
xxx
|
||||
Pers. Barang akhir
|
(xxx)
|
||||
HARGA POKOK PENJUALAN
|
(xxx)
|
||||
LABA KOTOR
|
Xxx
|
||||
Ø PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN SISTEM
FISIK ( PERIODIK)
Untuk
menentukan nilai persediaan barang pada akhir periode menurut system pisik
adalah
sebagai berikut :
1. Metode Tanda Pengenal Khusus
Dalam
metode tanda pengenal khusus ( specific identification ) setiap barang
yang dibeli atau yang masuk diberi kode / tanda pengenal yang menunjukkan harga
per satuan sesuai faktur yang diterima. Pada metode ini sudah jelas harga per
satuannya dengan demikian, untuk mengetahui jumlah atau nilai persediaan pada
akhir periode tinggal mengalikan jumlah barang yang masih ada dengan harga yang
tercantum dalam etiket barang tersebut.
2. Metode Rata rata
a. Metode RataRata Sederhana
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi
jumlah harga beli per satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan
frekwensi pembelian dan persediaan awal periode.
b. Metode Rata-Rata Tertimbang
Dalam
metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang yang
tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan awal ditambah jumlah pembelian
dengan kuantitas barang tersebut
3. Metode MPKP ( FIFO )
Dalam
metode ini, barang yang lebih dulu masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual
sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau
yang masuk belakangan. Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual) dihitung
berdasarkan harga barang yang dibeli lebih dahulu, sesuai dengan jumlah
pembeliannya. Atau dengan kata lain nilai persediaan akhir barang didasarkan
pada harga barang yang dibeli terakhir, sesuai dengan jumlah unitnya.
4. Metode MPKP ( LIFO )
Dalam
metode ini, barang yang terakhir masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual
sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau
yang masuk lebih awal. Sehingga harga pokok barang yang terjual dihitung
berdasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir sesuai dengan jumlah
unitnya, atau nilai persediaan barnag didasarkan pada harga barang yang dibeli
pada awal, sesuai dengan jumlah unitnya.
5. Metode Persediaan Dasar ( Basic Stock )
Disebut
juga sebagai persediaan besi yakni persediaan minimum yang harus
dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga likuiditas perusahaannya. Dalam metode
Ini keterlambatan masuknya barang yang disebabkan adanya kemacetan atau
sebabsebab lain tidak mengganggu persediaan sehingga perusahaan masih dapat melayani
pelanggan atau pembeli.
Dalam
metode ini persediaan akhir dihitung berdasarkan harga pokok yang ditetapkan.
Adapun selisih antara persediaan barang yang ada dengan persediaan dasar
dinilai dengan harga menurut metode yang dikehendaki ( Metode ratarata, MPKP,
MTKP, harga pasar dll ).
Ø PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN SISTEM
PERPETUAL
Dalam
sistem perpetual setiap terjadi mutasi persediaan dicatat dalam akun
persediaan. Metode penilaian persediaan digunakan pada saat terjadi transaksi
penjualan, dengan membuat Kartu Persediaan Barang secara lengkap yang memuat
kuantitas, harga satuan, jumlah harga baik untuk lajur masuk, keluar, maupun
sisa. Kartu persediaan tersebut sebagai buku pembantu untuk tiap macam barang
digunakan atau yang dijual. Sehingga apabila perusahaan memiliki 15 jenis
barang, maka harus membuat Kartu Persediaan barang sebanyak 15.
Format
Kartu Persediaan adalah sebagai berikut :
KARTU PERSEDIAAN (STOCK CARD)
|
|||||||||||
NAMA BARANG:
|
METODE PENCATATAN :
|
HARGA JUAL :
|
|||||||||
TGL
|
KETERANGAN
|
MASUK
|
KELUAR
|
SALDO
|
|||||||
UNIT
|
HARGA
|
JUMLAH
|
UNIT
|
HARGA
|
JUMLAH
|
UNIT
|
HARGA
|
JUMLAH
|
|||
Metode
penilaian persediaan dalam pencatatan secara perpetual sebagai berikut :
1. Metode Rata-rata bergerak ( Moving Average )
Dalam metode ini, harga beli ratarata dihitung setiap terjadi
transaksi
pembelian.
Harga pokok penjualan per satuan didasarkan pada harga ratarata pada saat
terjadi transaksi penjualan.
2. Metode FIFO
Metode ini beranggapan barang yang ada paling awal dianggap dijual paling awal
juga. Perbedaanya adalah dalam metode perpetual perhitungan harga pokok
dilakukan pada saat terjadi penjualan.
3. Metode LIFO
Pada metode ini barang yang terakhir dibeli dianggap dijual lebih dahulu. Harga
pokok dihitung pada saat terjadi penjualan.
Ø PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN METODE
TAKSIRAN
Penetapan harga pokok persediaan dengan metode cost mengharuskan perusahaan
untuk mengadakan perhitungan secara pisik atas persediaan, umumnya memerlukan
waktu lama dan biaya yang besar . Pada perusahaan tertentu seperti Toserba atau
swalayan, metode cost dirasa kurang praktis atau tidak efisien. Untuk itu
diperlukan metode lain, yakni metode Taksiran, khususnya dalam penilaian
persediaan pada laporan intern. Dalam metode ini dapat digunakan dua cara yakni
:
1.
Metode
Eceran
Metode
ini banyak digunakan pada perusahaanperusahaan besar seperti toserba
atau swalayan yang memperdagangkan puluhan bahkan ratusan jenis barang. Dalam
hal ini setiap jenis barang yang ada dilekati label harga jual eceraannya
sehingga pelayan toko lebih tahu harga jual eceran dari pada harga pokoknya dan
lebih mudah baginya membuat laporan atas barang yang masih ada berdasarkan
harga eceran tersebut .
Prosedur
penilaian persediaan :
- Atas persediaan awal , selain diketahui harga pokoknya, juga diketahui harga jual ecerannya
- Setiap terjadi transaksi pembelian harus diketahui jumlah harga jualnya
- Dihitung barang tersedia untuk dijual menurut harga beli dan menurut harga jual.
- Dihitung prosentase harga pokok terhadap harga jual dengan rumus :
Harga Pokok Persediaan Barang Tersedia dijual
X 100 % = ………%
Harga jual barang tersedia dijual
- Prosentase harga pokok dengan harga jual tersebut digunakan untuk menaksir harga pokok persediaan yang ada pada kahir akhir suatu periode.
Metode Laba Kotor ( Gross Profit Method )
Dalam
metode ini konsep yang digunakan adalah konsep hubungan antara harga pokok dan
harga jual. Besarnya prosentase laba kotor umumnya didasarkan prosentase laba-laba
tahun lalu.
Metode laba kotor dapat bermanfaat dalam kondisi berikut ini
:
a)
Perusahaan
memerlukan laporan persediaan untuk keperluan intern bila perusahaan
menggunakan sistem periodik. Atau untuk melihat persedian bulanan,sedang biaya
stock opname sangat mahal.
b)
Persediaan
rusak atau musnah akibat kebakaran, pencurian, bencana alam dll.
c)
Untuk
menguji keabsahan angka persediaan yang dihitung dengan cara lain.
Dalam metode laba kotor besarnya prosentase laba kotor dapat
dihitung dengan
- Prosentase laba kotor dari harga jual
- Prosentase laba kotor dari harga pokok.
Presentase laba kotor dihitung dari harga Jual
Dalam
metode ini harga jual adalah 100%, sedangkan Harga pokok barang yang dijual
adalah 100% dikurangi laba kotor, atau persen laba kurang dari 100. Cara
menentukan nilai persediaan akhir adalah sebagai berikut :
- Dihitung lebih dahulu jumlah barang tersedia untuk dijual dengan jalan menambahkan persediaan barang daganga awal tahun ditambah pembelian bersih tahun berjalan.
- Dihitung harga pokok barang yang dijual dengan cara jumlah penjualan dikurangi persentase dikali jumlah penjualan.
- Dihitung nilai persediaan akhir barang dagangan, yakni barang tersedia untuk dijualdikurang harga pokok barang yang sudah dijual.
Persentase laba kotor dihitung dari harga Pokok.
Bila
persentase laba kotor ditentukan dari harga pokok , besarnya harga jual adalah
harga pokok ( 100% ) ditambah prosentase laba. Jadi harga jual lebih dari
seratus persen atau disebut persen laba diatas seratus.
Simpulan
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang
yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau
dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki
perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk dalam
klasifikasi persediaan. Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati
posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan.
Dengan
gambaran tersebut maka persediaan untuk perusahaan-perusahaan manufaktur pada
umumnya mempunyai tiga jenis persediaan yaitu:
1.
Bahan baku (direct material)
2.
Barang dalam proses (work in proses)
3.
Barang jadi (finished goods).
Metode
yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada dua,
yaitu:
1.
Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik)
2.
Metode Perpetual
Masalah kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in
transit) sangat tergantung dari perjanjian yang disepakati oleh penjual dan
pembeli. 2 syarat tersebut adalah (1) Fob Shipping Point dan (2) Fob
Destination.
Tidak semua barang yang berada di gudang/toko bisa diakui
menjadi milik perusahaan, misalnya barang titipan (barang konsinyasi) dari
pihak lain dengan tujuan akan dijual untuk dan atas nama pihak lain tersebut
dengan mendapatkan sejumlah komisi (consignment in) tidak dapat diakui
sebagai milik perusahaan. Sebaliknya untuk barang yang sifatnya consigment
out, yang sampai dengan tanggal neraca belum terjual harus dicantumkan di
Neraca.
DAFTAR PUSTAKA
Kieso,
Donald E, dkk. Akuntansi Intermediate.2007. Jakarta: Erlangga
Hamizar,
Nuh Muhammad.Akuntansi intermediate.2008.Jakarta: CV Fajar